foto : www.comicbookmovie.com |
terlepas dari itu, berikut review Abbas Aditya dalam kapanlagi.com
dari KapanLagi.com - Oleh: Abbas Aditya
Marvel Cinematic
Universe mencetak sejarah baru di industri perfilman dunia. Kesuksesan
kolaborasi antara Marvel Entertainment dengan Disney dalam membidani
seri ini membuat production house saingan seperti kebakaran jenggot dan
berambisi mengikuti jejak serupa.
Sukses dengan reboot X-MEN, 20th Century Fox segera membuat tim superhero tandingan dengan menghadirkan reboot FANTASTIC FOUR. Sayangnya proyek film ini menuai kontroversi sejak awal. Tidak hanya menyoal deretan pemain yang dianggap miscast, tapi juga jalinan cerita yang kurang kokoh.
Reed Richards (Miles Teller)
ialah pemuda jenius yang direkrut Baxter Foundation untuk terlibat
proyek antar dimensi bernama Gerbang Quantum. Di sana ia bekerja sama
dengan Victor Van Doom (Toby Kebbel), Susan 'Sue' Strom (Kate Mara) serta serta saudara tiri Sue yang slenge'an: Johnny Strom (Michael B Jordan).
Suatu hari tanpa diketahui banyak orang, Reed mengajak Victor, Johnny dan temannya sejak kecil, Ben Grimm (Jamie Bell),
melakukan teleportasi ke dimensi lain yang disebut Planet Zero. Aksi
tersebut berakibat fatal karena keempatnya malah terkontaminasi ledakan
cairan lava dari tanah planet itu. Begitu kembali ke bumi, mereka bukan
lagi manusia biasa. Termasuk Sue yang mendadak memiliki tubuh
transparan.
Fantastic Four besutan Josh Trank ini tidak berkiblat pada origins ciptaan Stan Lee dan Jack Kirby. Melainkan komik modernisasi Mark Millar bersama Brian Michael Bendis yang terbit dengan tajuk Ultimate Fantastic Four pada Februari 2004 hingga Februari 2009.
Sebenarnya, tidak ada masalah dengan source mana yang dipilih. Namun naskah yang ditulis keroyokan oleh Josh Trank bersama Jeremy Slater dan Simon Kinberg
tampak kurang digodok dengan matang. Hal itu terlihat dari ceritanya
yang mentah, seolah hanya mengadopsi dari komik ke bentuk skrip tanpa
susah payah dan pikir panjang lagi.
Deretan pemain yang terpilih juga terlihat kurang dalam membawakan peran masing-masing. Miles, Kate, Michael, Toby dan Jamie bermain tanpa emosi apalagi chemistry antar satu sama lain. Mereka seperti boneka, hanya memeragakan apa yang tersaji dalam naskah, tapi tidak ada jiwa di sana.
Seolah belum cukup, aksi heroik yang ditampilkan juga ala kadarnya dengan mengandalkan green screen dan visual effect minimalis yang kurang wow untuk skala superhero Marvel.
Cukup disayangkan memang melihat awal dari franchise ambisius yang sudah direncanakan 20th Century Fox ini malah dieksekusi tanpa effort lebih. Padahal Josh Trank jelas pilihan menjanjikan setelah melihat bagaimana ia menahkodai CHRONICLE yang banjir pujian itu.
Melihat serangan kritik bertubi-tubi dan pendapatan kurang memuaskan di tangga box office, masihkah Matthew Vaughn selaku produser percaya diri membuat sekuelnya?
sumber : kapanlagi.com
0 komentar:
Posting Komentar