Kepekaan Sosial dan Mahasiswa

Kata “peka” mungkin tidak asing di telinga kita. Sering kali kita mendengar kata atau melihat kata peka ditulis di media sosial dimana oleh beberapa orang yang meluapkan kekecewaan pada seseorang yang tidak peka padanya. Sebenarnya, perlukah sifat peka dimiliki setiap orang?

Turunkan Berat Badan 8 Kilo Dengan Program Ini

Untuk memiliki tubuh yang ideal sesuai impian, diet menjadi cara yang banyak dipilih orang untuk menurunkan berat badannya. Diet dipercaya dapat membantu menurunkan berat badan namun tanpa olahraga dan benar-benar menjaga pola makan tidak akan mendapatkan hasil maksimal.

Love in Frame

Sebuah cerpen romance yang menceritakan kisah cinta seorang fotografer provesional.

10 Anime Sport Terbaik

Ini dia 10 Anime sport terbaik!!! pastikan kamu tidak melewatkannya!

7 Keburukan Yang Dibawa Televisi

Mungkin kamu tidak menyadari 7 dampak negatif yang dibawa TV berikut ini

Sabtu, 05 September 2015

Mahasiswa dan Kepekaan Sosial

foto : materi-it.com

By : Yunita Puspitasari
Kata “peka” mungkin tidak asing di telinga kita. Sering kali kita mendengar kata atau melihat kata peka ditulis di media sosial dimana oleh beberapa orang yang meluapkan kekecewaan pada seseorang yang tidak peka padanya. Sebenarnya, perlukah sifat peka dimiliki setiap orang?
            Peka berarti mudah terangsang, mudah merasa. Setiap orang berharap orang lain memiliki sifat peka. Lalu, apakah diri kita sendiri sudah memiliki kepekaan terhadap segala sesuatu di lingkungan kita? Profesor Smithson menggambarkan individu yang kurang peka menyebabkan kerugian pada diri sendiri, seperti sering menghakimi dan tumbuhnya sikap rasialisme. Menurut saya, akibat dari individu yang kurang peka tidak hanya merugikan orang yang bersangkutan, orang-orang di sekililingnya bahkan turut mengalami kerugian.
            Menengok kembali peristiwa ditemukannya mayat perempuan di salah satu kos-kosan di gang Pete yang merupakan seorang mahasiswi Unnes dan baru diketahui setelah dua hari. Pasti kita akan bertanya-tanya. Mengapa mayat tersebut baru diketahui setelah dua hari? Dimana teman-temannya? Adakah teman-teman terutama teman satu kos yang menanyakan keberadaannya? Salah satu alumni Unnes pernah bercerita pada saya tentang pengalamannya menolong mahasiswi yang hampir bunuh diri karena depresi di sebuah kos-kosan. Kemanakah teman-teman dan orang-orang di sekelilingnya? Beberapa realita tersebut menunjukkan kurangnya rasa kepekaan terhadap sesama. Padahal status kita adalah mahasiswa yang seharusnya lebih peka dengan keadaan sekitar. Bagaimana bisa menjadi agent of change bila tidak memiliki kepekaan sosial?
            Menjadi orang peka tidaklah sulit. Belajar peka bisa dimulai dari hal-hal kecil dan hal-hal terdekat kita, misalnya di kos-kosan tempat kita tinggal. Mulailah bersikap peka terhadap hal-hal di sekitar kita. Yakin bahwa sifat peka akan menjadikan kita orang yang peduli dan bertanggung jawab sebab, sebagai mahasiswa yang diharapkan kelak menjadi orang-orang besar yang peka terhadap nasib orang kecil.

*Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Unnes

Jumat, 04 September 2015

[Resensi] Surga Yang Tak Dirindukan

by : Yunita Puspitasari
Surga yang Tak Dirindukan (foto : google)
        Kesan pertama ketika kamu mendengar atau membaca kalimat Surga Yang Tak Dirindukan mungkin kalian akan tertawa meringis. Mungkin saja kamu akan membayangkan dan mengartikan bagaimana bisa tempat (yang katanya) seindah surga tidak dirindukan (?) Bahkan di setiap khutbah kita terbiasa mendengar sang penceramah menyuruh kita untuk giat beribadah sebagai syarat masuk suatu tempat bernama surga. Namun, surga yang akan aku bahas kali ini berbeda. Aku akan mengulas sebuah film yang baru saja aku tonton di bioskop baru di kotaku. Hahaha. Aku bersyukur kotaku mengalami sedikit kemajuan dengan adanya bioskop.
          Film tersebut berjudul Surga Yang Tak Dirindukan, film ini diadaptasi dari novel karya Asma Nadia dengan judul yang sama. Sebenarnya motivasiku nonton film ini bukan karena isi ceritanya, tetapi karena ada sepasang cast yang mencuri perhatianku yakni Fedi Nuril dan Raline Shah. Aku jatuh cinta sama chemistry mereka sejak film 5cm. Surga Yang Tak Dirindukan adalah film ketiga mereka bermain bersama kembali setelah 5cm dan Supernova.
          Mungkin salah satu alasan yang membuat kamu malas nonton film ini adalah prasangka tentang kesamaan cerita dengan salah satu sinetron dengan penulis yang sama pula. Tenanggg dulu, film ini dikemas dengan elegant! Kalian akan dibawa oleh alur cerita yang menguras emosi dan air mata. Dalam film ini, kamu akan menjumpai kata surga dan dongeng yang banyak disebut dalam setiap dialognya. Yaa memang, film ini menceritakan tentang dongeng yang dibangun oleh Arini dan Pras untuk mencapai surga-Nya. Surga disini dapat juga diartikan sebagai kebahagiaan.
          Pada scene pertama, kamu akan menjumpai seorang anak laki-laki yang melihat ibu kandungnya bunuh diri di depan matanya. Scene ini membuat saya heran adakah hubungan dengan cerita intinya yakni tentang poligami. Woh!! Terrnyata adegan itu adalah kenangan pahit yang coba penulis ceritakan dengan sederhana melalui mimpi yang dialami Prasetya (Fedi Nuril). Prasetya, yang biasa dipanggil Pras adalah seorang yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan di Yogyakarta. Pras tumbuh menjadi laki-laki yang ringan tangan. Banyak adegan yang menunjukkan dirinya menolong orang lain. Sifat Pras yang ringan tangan terkadang membuat celaka dirinya sendiri.
          Perjalanan Pras yang sedang melakukan penelitian untuk tugas kuliahnya membawanya bertemu seorang gadis cantik yang pandai mendongeng bernama Arini (Laudya Chintya Bella). Pertemuan pertamanya dengan Arini menumbuhkan benih-benih cinta. Ada dialog yang membuat penonton tertawa saat Arini mengajak Pras sholat.
Arini : “Mas Pras mau jadi imam?”
Pras   : “Secepat ini?” (melongo)
Arini : “Maksud saya, imam untuk sholat dzuhur.”
          Pras mengira Arini mengajaknya melangkah ke jenjang pernikahan padahal mereka baru saja bertemu. Dongeng pun dimulai. Kehidupan rumah tangga Pras dan Arini berlangsung bahagia, mereka dikarunia seorang anak perempuan yang diberi nama Nadia. Konflik pun dimulai saat hadirnya orang ketiga yakni Meirose (Raline Shah). Wanita malang yang bernasib sama seperti Pras, broken home. Pras menemukan Meirose dalam suatu kecelakaan yang dilakukan oleh Meirose sendiri. Pras segera melarikannya ke rumah sakit. Sebuah video pada ponsel milik Meirose yang direkam sendiri oleh Meirose sebelum kecelakaan ditemukan oleh Pras. Video tersebut menceritakan latar belakang kehidupan malang Meirose yang ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya. Terlebih lagi kondisi Meirose yang sedang hamil dan hanya dijanjikan menikah oleh laki-laki yang telah menghamilinya.
          Salah satu adegan yang menguras emosi dan air mata adalah adegan Meirose yang mencoba melompat dari gedung rumah sakit yang kemudian diselamatkan oleh Pras. Disanalah seorang Prasetya menunjukkan kebaikannya. Pras berkata: “Demi Allah, aku akan menikahimu nanti, asal kamu jangan lompat!” Kurang lebih sih begitu lah dialognya. Kemudian Meirose menjawab dengan kalimat yang menurutku menohok bagi kaum laki-laki, “Kebanyakan laki-laki bersembunyi pada kata nanti.” Pras menolong Meirose supaya tidak jadi lompat dari gedung, tujuannya tidak lain agar tidak ada lagi orang yang bernasib sama seperti dirinya yang menderita akibat masalah rumah tangga. Pras memiliki rasa senasib dengan Meirose yang ditinggal mati orangtua dan ia tak ingin bayi yang dilahirkan Meirose bernasib sama seperti Pras dan Meirose.
          Pernikahan Pras dan Meirose disaksikan oleh kedua sahabat Pras yang bernama Amran (Kemal Pahlevi) dan Hartono (Tata Ginting). Adanya dua sahabat Pras ini turut menggiring persepsi penonton dalam menyikapi poligami yang dilakukan oleh Pras. Hartono menjalin hubungan dengan sahabat Arini yang bernama Mita, ini menujukkan dalam film ini juga mengangkat friendzone. Xoxoxo. Namun, friendzone antara Hartono dan Mita bisa dibilang berjalan sukses karena mereka berencana melanjutkan ke pelaminan. Tokoh Hartono adalah tokoh yang bersikeras melarang Pras melakukan poligami namun dia sendiri tidak bisa menjajikan pada Mita bahwa dia tidak akan melakukan poligami. Sementara Amran membawa warna bagi film ini. Sejak scene awal, Amran adalah tokoh pertama yang membuat penonton tertawa karena kekoplakannya. Namun, berbeda dengan Hartono, Amran tidak diceritakan memiliki kisah cinta. Jadi, penonton tidak tahu apakah dia jomblo atau sedang melakukan ta’aruf. Hehe.
          Adegan yang paling menegangkan adalah ketika Arini mengetahui bahwa Pras memiliki wanita lain. Hal itu terungkap dari pembantu rumah tangga di rumah Arini yang menemukan bon pembayaran persalinan Meirose. Saya lagi-lagi menggumam, “Kenapa pembantu rumah tangga selalu polos, namun kepolosannya itu terkadang membawa petaka bagi beberapa orang?” Hahaha. Adegan Arini yang marah besar sungguh keren! Beberapa perabotan rumah jatuh dan suara kemarahannya terdengar oleh orang lain pas seperti kebanyakan suami istri ketika sedang bertengkar. Pada bagian ini, penonton bahkan sempat dibuat ketawa oleh tingkah laku pembantu rumah tangga Arini dan Pras yang berusaha ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan kepolosan yang melekat di wajahnya.
          Diantara kedua sahabat Arini, yakni Lia dan Mita. Menurutku pemeran Lia kurang pas dalam memerankan Lia karena melihat dari wajahnya yang menurutku tidak seumuran dengan Arini dan Mita. Menurutku, pemeran Lia terlalu dewasa dan kurang keibuan. Namun, pemeran Lia ini mampu membuat aku kagum saat dia sedang berakting kecewa dengan suaminya yang diduga selingkuh dengan wanita lain. Akting nangisnya itu lho.. Dalem!!!
          Menurutku, di film ini tidak ada pemeran antagonis karena Meirose sebenarnya adalah wanita yang baik. Takdir yang mempertemukannya dengan pria baik bernama Prasetya. Dari situlah, aku semakin percaya bahwa pria baik ditakdirkan untuk perempuan baik sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an. Suka adegan makan malam antara Pras dan Meirose di rumah Meirose. Keduanya masih canggung saat makan bersama, terlebih lagi status mereka sudah suami istri tetapi belum mengenal satu sama lain. Di film ini banyak adegan antara Pras dengan Meirose dibandingkan Pras dengan Arini. Dimulai dari Pras menolong Meirose yang kecelakaan, Pras menikahi Meirose, Pras menemani Meirose merawat baby Akbar (putra Meirose), Pras mengajari Meirose tentang agama Islam. Uuuuwuwuu.. so sweet! Mudah-mudahan ada film keempat yang mempertemukan Fedi Nuril dan Raline Shah (lagi).
          Banyak adegan yang tak terduga dari film ini. Beberapa diantaranya ayah Arini yang ternyata berpoligami tanpa sepengetahuan istrinya dan Arini. Hal itu diketahui ketika datang dua orang wanita yakni ibu dan anak perempuan seusia Arini yang datang melayat jenazah ayah Arini. Kemudian adegan dimana Arini menelpon Pras untuk membantu Meirose dalam merawat Akbar yang sakit, padahal saat itu dia sedang kecewa dengan Pras karena Pras terlambat menghadiri pementasan dongeng oleh Nadia. Selain itu, keputusan Meirose untuk pergi ke Jakarta dengan menitipkan Akbar kepada Pras dan Arini dengan alasan untuk memulai hidup baru menjadi Meirose yang baru, padahal alasan sebenarnya adalah ia tidak ingin merusak dongeng wanita lain yang disebabkan oleh dirinya karena tidak ada wanita yang benar-benar rela berbagi suami dengan wanita lain.
          Namun, ada suatu adegan yang menurutku lebay yaitu saat Meirose kabur dari rumah Pras dan Arini dengan memberitahunya melalui video di ponsel miliknya. Adegan memberitahu lewat video cukup terjadi satu kali saja saat Meirose curhat tentang masa lalunya sebelum kecelakaan. Memberitahu kalau dia ingin pergi ke Jakarta melalui kertas bukankah lebih sederhana? Oiya, adegan antara Pras, Arini, dan Meirose mengingatkanku pada film Kuch-Kuch Hota Hai antara Rahul, Tina, dan Angeli. Hahaha.
          Pokoknya film ini recommended untuk ditonton karena banyak pelajaran yang dapat dipetik di dalamnya. Tokoh Pras mengajarkan kita untuk saling tolong menolong sesama manusia tanpa pandang bulu, sementara Arini dan Meirose mencontohkan untuk bersikap sabar dan ikhlas.

     Kebahagiaan sejati adalah ketika kita bisa melakukan sesuatu untuk membuat orang lain bahagia". - Meirose

     "Surga adalah tempat untuk orang-orang yang ikhlas dan pandai bersyukur". - Pras

Sumber : http://yunitaaapipit.blogspot.co.id

Live-Action Shigatsu wa Kimi no Uso dan Penampakan Pemerannya Diumumkan

PortaIlmu - Beberapa waktu lalu dunia per animean digegerkan dan dipenuhi dengan air mata dengan anime "Shigatsu wa Kimi no Uso". Setelah itu muncul kabar yang beredar kalau anime tersebut akan ada adaptasi Live-Action dari Shigatsu.

Setelah kabar itu hanya sebatas kabar angin. Kini kabar segar datang dari Live-Action Shigatsu. Dilansir Honey's Anime, Live-Action Shigatsu wa Kimi no Uso akan tayang pada tahun 2016.
Dua tokoh Artis yang akan berperan sebagai tokoh utama dalam Live-Action tersebut uga sudah diumumkan.

Arima Kousei akan dibintangi oleh Kento Yamazaki

Kaori Miyazono akan diperankan oleh Sizu Hirose

"L” (Death Note Drama) Perankan “Arima Kousei” (Shigatsu wa Kimi no Uso)



Kento Yamazaki (kiri) Arima Kousei (kanan)


PortaIlmu - Baru-baru ini kemunculan “Death Note” versi drama menuai banyak konroversi. Berbagai website membahas tentang kontroversi dari Drama yang diangkat dari manga dengan judul yang sama ini. Banyak diubahnya sifat dari tokoh nya menjadi kontroversi di kalangan fans. Karakter detektif “L” juga tidak lepas dari kontroversi. Seperti hilangnya sifat yang menjadi ciri khas L selama dalam manga, anime, maupun film terdahulunya yaitu makan makanan-makanan manis.

Dilansir animenewsnetwork.com bahwa Kento Yamazaki yang memerankan L dalam drama Death Note ini selanjutkan akan memerankan tokoh utama yang punya banyak penggemar seperti halnya “L”. 
Kento sebagai L dalam Death Note Drama (foto : twitter.com)

Yup, Kento kali ini akan memerankan tokoh mantan “pianis ajaib” kecil Arima Kousei. Saat membaca berita ini saya pribadi berharap dia tidak akan mengecewakan fans Kousei seperti banyak fans L yang kurang senang dengan aktingnya sebagai L. Yah meskipun sebenarnya untuk karakter itu bukan kesalahannya karena itu tentu arahan dari sutradara.

Kaori Miyazono sendiri akan diperankan oleh artis bernama Kaori Miyazono. Semoga dia bisa memerakan “pemain biola berjiwa bebas” itu dengan baik. 

Live-Action Shigatsu ini sendiri dijadwalkan untuk rilis pada tahun 2016 mendatang di jepang. 

Sumber : animenewsnetwork.com

Love in Frame

 
Clik... Aku menekan shutter kameraku sekali lagi.  
Sekarang wanita di depan lensa kamera itu mengganti pose untuk ke empat kalinya pagi ini. Kali ini rambut hitam panjangnya digerai kedepan pundak kirinya.  Tangan kanannya memegang topi berwarna biru sedangkan tangan kirinya dibiarkan terjuntai bebas. Dengan dibalut jeans berwarna biru muda kaki kanannya maju selangkah di depan seolah sedang berjalan. Dalam frame kamera tampak baju merah yang dikenakan Naomi dan senyumannya membuat wanita itu terlihat sangat cantik, anggun dan elegan.
Sekali lagi –dengan enggan- Aku coba untuk menekan shutter.
Kali ini jari telunjukku tidak bisa bergerak menekan shutter. Aku coba menghela napas, pikiranku penuh, bukan ini yang aku inginkan, bukan. Bukan dia yang seharusnya berada dalam frame kamera ini. Sudah setahun lebih aku bertahan. Mungkin kali ini aku memang sudah sampai batas. Aku tidak akan bisa menekan shutter lagi. Aku sudah benar-benar kehilangan alasanku untuk menekannya lagi.
“Aku berhenti!!!” aku berteriak dan segera berbalik dan melangkah meninggalkan ruangan pemotretan tersebut.
“Anwar, apa yang kau katakan,” Sepertinya Naomi berjalan dengan cepat kearahku
“Aku bilang aku berhenti.”
“Kamu tidak bisa berhenti begitu saja, kau itu fotografer provesional.”
“Aku fotografer pro sampai beberapa detik yang lalu, sekarang tidak Naomi.”
“Tapi....”
Ctang.... Suara kamera yang ku buang ke tempat sampah menghentikan Naomi  berbicara sebelum kata-katanya selesai. Aku tidak mendengar lagi kata-kata dari Naomi ataupun dari orang lain dalam ruangan itu.
***
Beberapa tahun ini setiap kali melihat ke frame kamera perasaan itu selalu muncul. Geram? Muak? Benci? Entahlah, tapi yang pasti hatiku berkata bukan, bukan, bukan... Bukan itu yang seharusnya berada dalam frame ini. Bukan ini yang aku inginkan saat pertama kali memutuskan untuk menekan shutterku. Ada hal yang membuatku ingin menekan shutterku. Ada hal lain yang aku ingin berada dalam frameku.
***
Saat itu aku di semester pertama kuliahku. Sebuah festival di kampus. Ramai, orang-orang berlalu-lalang. Banyak stand-stand UKM. Aku melewati sebuah stand, sepertinya itu milik UKM teater, orang di depannya memberikan selebaran bertuliskan “teater”. Pramuka, karate, kempo, sepak bola, aku tidak tahu sudah berapa stand UKM yang aku lewati.
Akhirnya aku di depan sebuah stand UKM fotografi. Sangat banyak foto di dinding-dindingnya. Ada foto seorang wanita berambut coklat dengan panjang sebahu di sana. Foto itu mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang sejak dulu aku sukai. Dia akan jauh lebih cantik daripada orang di foto itu. Aku akan bergabung dengan UKM ini dan suatu hari nanti aku akan memfotonya.
Sudah berapa tahun kejadian itu? Mungkin sudah hampir sepuluh tahun yang lalu. Lulus kuliah, bekerja sebagai fotografer, bertahun-tahun selama itu aku tidak pernah bertemu dengannya. Aku hanya terus berharap suatu hari dia berada dalam frame kameraku. Akan tetapi, tiga tahun lalu? Ya, sekitar tiga tahun lalu impian itu terwujud. Ya benar terwujud, aku bisa melihatnya tersenyum dalam frame kameraku, hanya saja  dia tidak sendiri. Dia disana menggunakan gaun pengantin berwarna putih bersama kali-laki yang bahkan tidak pernah aku kenal. Clik..
Sejak saat itu aku terus –dengan enggan- menekan shutterku. Sejak saat itu frame kamera tidak terlihat bagus lagi bagiku. Bos, kawan, orang-orang mengeluhkan penurunan kualitas hasil fotoku. Tak banyak yang bisa aku lakukan. Tiga tahun, sekarang aku sudah mencapai batasku. Sudah enam bulan ini aku tidak menyentuh kamera lagi. Bahkan mungkin tidak akan pernah lagi.
Brak.... Guncangan di mobil kali ini cukup keras untuk membuyarkan lamunanku.
“Pegangan, jangan cuman ngelamun terus, jalanannya sudah mulai jelek,” kata Ali melihat ke arahku dan menambahkan, “tiga puluh menit lagi mobil ini berhenti, selanjutnya butuh waktu satu jam jalan kaki sampai tepatnya.” 
Ali adalah temanku sejak SMA. Dia yang mengajakku ikut dalam kegiatan amal ini. Aku bahkan tidak tahu kemana tujuan kami atau ada apa disana. Aku hanya mengikutinya karena dia mengatakan lebih baik ikut kegiatan amal daripada menganggur hanya menghabisan tabungan dan mungkin bisa sedikit melupakan masalahku.
“satu setengah jam... lama,” jawabku singkat, aku tidak mendengar komentarnya lagi.
***
“ini... apa ini? Aku tau kita kesini untuk kegitan amal, membagikan sembako, obat dan sebagainya... tapi ini... semua yang kita bawa tidak akan cukup,” kataku pada Ali.
“Memang tidak... tapi hanya ini yang bisa kita lakukan daripada tidak sama sekali,” jawabnya sambil tersenyum dengan senyumannya yang sudah tak asing lagi. “lebih baik kita istirahat dulu, kita tidak akan bisa membatu banyak dengan tubuh lelah seperti ini,” lanjutnya.
Aku mengikuti kata-katanya dan pergi  kesebuah tenda yang sepertinya tempat peristirahatan para relawan yang sudah disana lebih dulu. Meski dia yang mengajak istirahat, tapi dia sendiri tidak langsung ke tenda, Katanya sih dia mau pergi menyapa kawan lama dulu.
“Hey, Anwar...”
Aku mendengar suara seorang wanita. Sepertinya aku kenal suara itu. “Naomi?” jawabku saat kulihat wanita itu. “Apa yang kau lakukan disini?” aku menghampiri Naomi di sisi kiri tenda tersebut.
“Menjadi relawan, kami juga membangun tempat belajar disini, setidaknya aku bisa mengajar baca tulis.”
“Seorang model jadi relawan?”
“Menjadi model bukan halangan berbuat baik bukan? Lagi pula  Kau sendiri gimana? Apa kau benar-benar berhenti? Dan apa yang kau lakukan disini?”
“ya”
“tapi kenapa? Bukankah sejak awal ikut UKM fotografi bersama dulu kau selalu berbicara tentang menuangkan rasa cinta melalui kamera, dengan melihat ke frame kamera. Saat memenangkan berbagai lomba kau selalu bilang fotografi bukan cuman tentang Aperture, Eskposur dan sebagainya saja. Kau bilang ini juga tentang rasa, hati, dan cinta yang dilihat melalui frame  kamera...”
“itu dulu, Naomi, sudah lama aku kehilangan rasa pada kamera,” aku memotong kata-kata Naomi. “jangan bahas itu lagi. Lebih dari itu aku ingin melakukan yang lebih untuk tempat ini.”
“ini” Naomi memberikan sebuah kamera padaku.
“Apa?”
“Tempat ini kurang publikasi, mungkin ada banyak orang yang mau membantu jika mengetahui keadaannya. Jadi aku berpikir mengambil gambar dari sini untuk surat kabar, tapi disini ada kau. Anggap saja kau sudah tidak bisa melihat dengan cinta ke frame kamera lagi untuk bunga, alam, model atau apapun yang biasa kau potret. Tapi jika kau ingin berbuat lebih banyak lagi untuk mereka, aku rasa kau bisa melihat dengan cinta ke frame kamera untuk mereka. Lakukan yang terbaik, sampaikan pada dunia apa yang kau lihat disini Anwar.”
“Terima kasih.” Kamera tersebut langsung ku sambar dan aku pun keluar dari tenda tersebut.
***
Kali ini dalam frame aku melihat seorang ibu dan anak yang duduk terlihat bahagia seteah mendapatkan makanan.Clik...
 Selanjutnya aku mengalihkan kamera. Sekarang dalam frame kamera tampak seorang wanita, Naomi. Dia tersenyum membagikan permen kepada beberapa anak disana. Empat hari disini aku menyadari dua hal. Alasan untuk memotret lagi dan dia. Clik...
By : Jidin

[REVIEW] 'FANTASTIC FOUR' : Modernisasi Petualangan 4 Superhero Penuai Konflik Besar

foto : www.comicbookmovie.com
PortaIlmu - Akhir-akhir ini sepertinya beberapa film adaptasi komik Marvel yang di remake. Sebut saja Spiderman dan yang satu ini Fantastic Four. Dalam beberapa website banyak yang berpendapat kalau film remake dari Fantastic Four dibilang tidak terlalu bagus. Bahkan dalam satu artikel yang pernah saya baca kalau sutradara nya sendiri memberikan komentar jelek pada film yang satu ini (baca : Sutradara Fantastic Four Jelekkan Film Sendiri).
terlepas dari itu, berikut review Abbas Aditya dalam kapanlagi.com

dari KapanLagi.com - Oleh: Abbas Aditya

Marvel Cinematic Universe mencetak sejarah baru di industri perfilman dunia. Kesuksesan kolaborasi antara Marvel Entertainment dengan Disney dalam membidani seri ini membuat production house saingan seperti kebakaran jenggot dan berambisi mengikuti jejak serupa.
Sukses dengan reboot X-MEN, 20th Century Fox segera membuat tim superhero tandingan dengan menghadirkan reboot FANTASTIC FOUR. Sayangnya proyek film ini menuai kontroversi sejak awal. Tidak hanya menyoal deretan pemain yang dianggap miscast, tapi juga jalinan cerita yang kurang kokoh.

Reed Richards (Miles Teller) ialah pemuda jenius yang direkrut Baxter Foundation untuk terlibat proyek antar dimensi bernama Gerbang Quantum. Di sana ia bekerja sama dengan Victor Van Doom (Toby Kebbel), Susan 'Sue' Strom (Kate Mara) serta serta saudara tiri Sue yang slenge'an: Johnny Strom (Michael B Jordan).

Suatu hari tanpa diketahui banyak orang, Reed mengajak Victor, Johnny dan temannya sejak kecil, Ben Grimm (Jamie Bell), melakukan teleportasi ke dimensi lain yang disebut Planet Zero. Aksi tersebut berakibat fatal karena keempatnya malah terkontaminasi ledakan cairan lava dari tanah planet itu. Begitu kembali ke bumi, mereka bukan lagi manusia biasa. Termasuk Sue yang mendadak memiliki tubuh transparan.
Cerita mentah dan visual effect 'murahan' warnai reboot FANTASTIC FOUR/©20th Century Fox
Cerita mentah dan visual effect 'murahan' warnai reboot FANTASTIC FOUR/©20th Century Fox
Fantastic Four besutan Josh Trank ini tidak berkiblat pada origins ciptaan Stan Lee dan Jack Kirby. Melainkan komik modernisasi Mark Millar bersama Brian Michael Bendis yang terbit dengan tajuk Ultimate Fantastic Four pada Februari 2004 hingga Februari 2009.

Sebenarnya, tidak ada masalah dengan source mana yang dipilih. Namun naskah yang ditulis keroyokan oleh Josh Trank bersama Jeremy Slater dan Simon Kinberg tampak kurang digodok dengan matang. Hal itu terlihat dari ceritanya yang mentah, seolah hanya mengadopsi dari komik ke bentuk skrip tanpa susah payah dan pikir panjang lagi.

Deretan pemain yang terpilih juga terlihat kurang dalam membawakan peran masing-masing. Miles, Kate, Michael, Toby dan Jamie bermain tanpa emosi apalagi chemistry antar satu sama lain. Mereka seperti boneka, hanya memeragakan apa yang tersaji dalam naskah, tapi tidak ada jiwa di sana.
Seolah belum cukup, aksi heroik yang ditampilkan juga ala kadarnya dengan mengandalkan green screen dan visual effect minimalis yang kurang wow untuk skala superhero Marvel.

Cukup disayangkan memang melihat awal dari franchise ambisius yang sudah direncanakan 20th Century Fox ini malah dieksekusi tanpa effort lebih. Padahal Josh Trank jelas pilihan menjanjikan setelah melihat bagaimana ia menahkodai CHRONICLE yang banjir pujian itu.

Melihat serangan kritik bertubi-tubi dan pendapatan kurang memuaskan di tangga box office, masihkah Matthew Vaughn selaku produser percaya diri membuat sekuelnya?
sumber : kapanlagi.com

Turunkan Berat Badan Delapan Kilo dengan Program Ini

foto : dilelang.id
Untuk memiliki tubuh yang ideal sesuai impian, diet menjadi cara yang banyak dipilih orang untuk menurunkan berat badannya. Diet dipercaya dapat membantu menurunkan berat badan namun tanpa olahraga dan benar-benar menjaga pola makan tidak akan mendapatkan hasil maksimal. 

Dr. Caroline M. Shreeve dalam bukunya Makanan Pembakar Lemak mengatakan ketika berat badan kembali naik maka seseorang akan merasa kecewa dan putus asa. Dari situlah seseorang bisa terjerumus dalam siklus yoyo yakni kondisi makan banyak dan kelaparan terjadi silih berganti.
Dalam program menurunkan berat badan, seseorang harus menggunakan lebih banyak energi dari makanan yang dikonsumsi. Mengurangi camilan lezat serta makanan yang manis dan berlemak, Caroline pun merekomendasikan program kila ini.

"Saya menawarkan diet dengan memanfaatkan makanan peningkat metabolisme yang lambat (obesitas) dan enam dari tujuh pasien saya setuju)," tulisnya dalam buku 'Makanan Pembakar Lemak', Selasa 11 Agustus 2015.

Penelitiannya lebih lanjut mengarah pada pengembangan Program penurunan berat badan. Hal ini memberikan pilihan makanan yang lebih beragam dan mendorong pengembangan pola makan yang lebih sehat. "Saya yakin bahwa program ini juga akan berhasil untuk Anda," tulisnya.
Program Kilat Penghilang Lemak selama dua minggu sukses karena:
1. Berisi program makan berkesinambungan yang sehat dan bergizi
2. Mampu membuang lemak dengan cepat dan aman
3. Pilihan makanannya yang tepat, mudah didapat dan mengenyangkan
4. Menu makanan sederhana, dapat disesuaikan dan tidak memerlukan penghitungan kalori
5. Merupakan petunjuk cara makan sehat untuk seumur hidup

Karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin dan mineral adalah zat-zat yang penting bagi kesehatan manusia. Banyak makanan sehari-hari yang memasok zat-zat gizi tersebut dan ternyata juga dapat mempercepat proses pembakaran lemak.

Program kilat ini dianjurkan Caroline dijalankan dalam dua minggu berdasarkan unsur-unsur makanan dengan pilihan terbatas. Dasar dari diet ini yakni mengonsumsi sayur-sayuran segar.
Selain itu beras merah, jus buah, susu dan produk-produknya, daging serta unggas akan memasok memasok karbohidrat, protein dan sedikit lemak dalam jangka waktu tujuh hari pada minggu pertama. Sedangkan minggu kedua adalah pengulangan minggu pertama.

Program kilat penghilang lemak selama 14 hari mampu menurunkan berat sebanyak delapan koma lima kilogram. Faktor yang menentukan keberhasilan adalah sikap untuk bertahan menjalankan program dan sedikit sekali menuruti godaan makanan manis dan berlemak.

Caroline merekomendasikan diet ini alasanya karena dapat membuang lemak yang berlebih. "Semua pasien saya minum delapan gelas air sehari seperti seharusnya dan tidak ada seseorang pun diantara mereka yang menderita gagal ginjal, dehidrasi, atau justru kelebihan air," tuturnya dalam buku Makanan Pembakar Lemak.

Caroline juga menambahkan tubuh akan menjadi mesin pembakar lemak, pilihan makanan program ini terutama terdiri dari makanan nabati dan protein.

Sumber : Dream.com

Muncul Posko "Nomer Piro Wani Piro" Jelang Pilkada, Panwaslu Siaga

 
Foto : regional.kompas.com
PortaIlmu - Politik uang sudah menjadi salah satu masalah dalam perpolitikan di tanah air. Sudah menjadi rahasia umum kalau politik uang merupakan cara cepat untuk mendapatkan suara dalam pemilihan. Umumnya politik uang dilakukan dengancara sembunyi-sembunyi seperti yang biasa dikenal dengan istilah "serangan fajar" atau dengan cara lainnya. 

Jelang pilkada, muncul posko "Nemor Piro Wani Piro" yang membuat pihak panwaslu merasa curiga kalau-kalau posko tersebut merupakan percobaan politik uang. .

Berikut berita yang saya kutip dari regional.kompas.com mengenai posko yang jika diartikan "nomor berapa berani berapa" ini.

Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara mengaku akan mendatangi posko relawan bernama "Nomer Piro Wani Piro" atau Posko NPWP setelah posko itu menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat.

Anggota Panwaslu Kabupaten Nunukan Yusran mengatakan, pihaknya akan nongkrong di posko NPWP untuk mencari tahu kemungkinan orientasi dari aktivitas posko tersebut.

”Kami akan nongkrong di sana,” ujarnya, Senin (31/8/2015).

Yusran menambahkan, meski Posko NPWP bisa diduga mengarah pada ajakan money politic, namun bisa saja ungkapan tersebut merupakan bentuk kritik sosial terhadap kecenderungan masyarakat yang memilih kepala daerah karena faktor uang.

“Bisa saja itu sebuah edukasi kepada masyarakat. Itu bisa saja bagian dari kecemasan mereka melihat masyarakat cenderung pragmatis,” imbuh Yusran.

Panwaslu Nunukan mengaku akan menindak tegas keberadaan posko NPWP jika ditemukan adanya praktik money politic di posko tersebut.

Namun, selama tidak ada kegiatan yang mencurigakan di posko tersebut, Yusran mengatakan, panwaslu menganggap posko tersebut tidak bermasalah.

Selain itu, dia menegaskan bahwa pendirian posko oleh tim sukses pasangan calon Bupati Nunukan tidak menyalahi aturan selama tidak terdapat alat peraga pilkad di posko tersebuta.

“Yang bermasalah jika di posko tersebut ada alat peraga salah satu pasangan calon bupati,” tutur Yusran.

Sejak KPU Nunukan menetapkan masa kampanye resmi dibuka 27 Agustus lalu, salah satu warga Nunukan Soeryono Admojo membuka posko bernama "Nomor Piro Wani Piro" atau Posko NPWP di lokasi Angkringan Sego Kucing miliknya di Jl Bhayangkara Nunukan. Dari postingan di akun Facebook milik Soeryono, puluhan warga memberikan tanggapan beragam.

Ada yang berkomentar pendirian Posko NPWP adalah modus untuk mendapatkan money politic. Meski demikian, pemilik akun Pakde Suryo Admojo itu berharap pendirikan Posko NPWP bisa menyentil masyarakat agar memilih calon pemimpin yang tidak terlibat dalam money politic,sehingga bisa melahirkan bupati yang bisa membangun wilayah perbatasan.

“Doa saya Nunukan ada calon yang betul betul memajukan daerah perbatasan ini” harap pria yang kerap disapa Lek Sur itu dalam tulisannya.

Sumber : regional.kompas.com
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com